Sinopsis Film Sewu Dino
Untuk membiayai pengobatan ayahnya yang sakit, Sri Rahayu, seorang wanita sederhana dari desa di Jawa Timur, dipekerjakan sebagai pembantu keluarga Atmodjo. Meskipun dia tidak cukup pendidikan, Sri diterima oleh Mbah Karsa Atmodjo karena ia lahir pada hari Jumat Kliwon, yang dianggap sebagai hari keramat dalam budaya Jawa. Bersama Erna dan Dini, dia dibawa ke sebuah gubuk terpencil di hutan oleh Sugik, sopir keluarga. Di sana, mereka bertemu dengan dukun keluarga, Mbah Tamin. Dia memberi tahu mereka bahwa mereka harus merawat Della Atmodjo, cucu Mbah Karsa, yang telah mengalami santet yang disebut “Sewu Dino” selama beberapa tahun. Arwah Sengarturih merasuki Della, dan hanya bisa ditenangkan melalui ritual pemandian “Basuh Sedo”. Namun, ritual ini hanya sementara karena mereka perlu melakukan ritual khusus pada hari ke-1000 untuk membebaskannya sepenuhnya, yang akan terjadi pada hari ke-996, yang berarti mereka harus menjaga Della tetap tenang selama empat hari. Dikarenakan pengalamannya dalam bekerja dengan keluarga Atmodjo, Dini memimpin dan mengajarkan Sri dan Erna cara melakukan ritual tersebut. Mbah Tamin memperingatkan bahwa tanah di sekitar gubuk telah dipagari secara gaib untuk mencegah arwah Sengarturih melarikan diri. Selain itu, Sri, Erna, dan Dini tidak dapat meninggalkan area tersebut karena mereka telah terikat secara rohani dengan Mbah Karsa.
MD Pictures menghabiskan Rp18 miliar untuk memproduksi film ini. Ricky Lionardi membuat musik, Patrick Tashadian membuat sinematografi, dan Arifin Cu’unk dan Fachrun Daud menyuting. Bahasa Jawa dan Indonesia digunakan dalam film.
Dengan alur cerita yang menegangkan dan gambaran budaya Jawa yang kuat, “Sewu Dino” berhasil menarik penonton Indonesia.